Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit. Namun, bukti audit dapat juga mencakup informasi yang diperoleh melalui sumber lain, seperti dari audit periode lalu atau prosedur pengendalian mutu Entitas.
Di samping sumber lain yang berasal dari dalam maupun luar entitas, catatan akutansi entitas merupakan suatu sumber bukti audit yang penting. Informasi yang digunakan sebagai bukti audit mungkin juga telah disiapkan oleh pakar manajemen. Bukti audit mengandung baik informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut.
Di samping sumber lain yang berasal dari dalam maupun luar entitas, catatan akutansi entitas merupakan suatu sumber bukti audit yang penting. Informasi yang digunakan sebagai bukti audit mungkin juga telah disiapkan oleh pakar manajemen. Bukti audit mengandung baik informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut.
Sebagian besar pekerjaan auditor dalam merumuskan opini auditor terdiri dari pemerolehan dan pengevaluasian bukti audit. Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang (reperformance), dan prosedur analitis, serta seringkali memadukan beberapa prosedur sebagai tambahan atas prosedur permintaan keterangan dari manajemen.
Meskipun permintaan keterangan dapat memberikan bukti audit penting, dan mungkin dapat menghasilkan bukti kesalahan penyajian, permintaan keterangan saja biasanya tidak memberikan bukti audit yang cukup untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat asersi maupun efektivitas operasi pengendalian.
Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan lainnya. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material (semakin tinggi risiko, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan) dan kualitas bukti audit (semakin baik kualitas bukti audit, semakin sedikit bukti yang dibutuhkan). Namun, pemerolehan bukti audit yang semakin banyak tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut.
Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit; yang mencakup, relevansi dan keandalan bukti audit yang mendukung auditor untuk merumuskan opininya. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta bergantung pada masing-masing kondisi bukti audit yang diperoleh.
Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh untuk menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima, dan dengan demikian memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai sebagai basis bagi opini auditor, merupakan suatu pertimbangan profesional.
Sumber Bukti Audit
Beberapa bukti audit diperoleh dengan melaksanakan prosedur audit untuk menguji catatan akuntansi, sebagai contoh, melalui analisis dan penelaahan, pelaksanaan kembali prosedur yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, dan rekonsiliasi jenis dan aplikasi informasi sama yang berkaitan. Dengan melaksanakan prosedur audit, auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi secara internal konsisten dan cocok dengan laporan keuangan.
Informasi yang diperoleh dari sumber independen dari entitas yang digunakan sebagai bukti audit dapat berupa konfimasi dari pihak ketiga, laporan analis, dan data pesaing yang dapat diperbandingkan (data pembanding).
Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit
Bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor dapat diperoleh dengan melaksanakan:
- Prosedur penilaian risiko; dan
- Prosedur audit lanjutan, yang terdiri atas pengujian pengendalian, ketika auditor telah memilih untuk melakukan hal tersebut; dan
- Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis substantif
Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas suatu aset. Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan beragam tingkat keandalan, bergantung pada sifat dan sumbernya, serta, dalam hal catatan dan dokumen internal, efektivitas pengendalian atas penyusunan catatan atau dokumen tersebut. Contoh inspeksi yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah inspeksi atas catatan bukti otorisasi.
Beberapa dokumen menunjukkan bukti keberadaan aset secara langsung, sebagai contoh, dokumen yang berupa instrumen keuangan seperti saham atau obligasi. Namun inspeksi atas dokumen semacam ini mungkin tidak dapat memberikan bukti audit tentang kepemilikan atau nilai.
Inspeksi atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang andal dalam hubungannya dengan keberadaannya, namun tidak dapat digunakan untuk membuktikan asersi hak dan kewajiban suatu entitas, atau penilaian atas aset tersebut.
Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain, sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan persediaan yang dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi dilaksanakan, dan fakta bahwa adanya observasi atas aktifitas tersebut dapat mempengaruhi bagaimana proses atau prosedur tersebut dilaksanakan.
Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respons langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi), dalam bentuk kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Prosedur konfirmasi eksternal seringkali relevan untuk mencapai asersi yang berhubungan dengan saldo akun tertentu dan unsur-unsurnya. Namun, konfirmasi eksternal tidak perlu dibatasi untuk saldo akun saja. Sebagai contoh, auditor dapat meminta konfirmasi tentang syarat-syarat perjanjian atau transaksi yang dimiliki oleh suatu entitas dengan pihak ketiga; permintaan konfirmasi dapat dirancang untuk meminta keterangan apakah telah terjadi modifikasi atas perjanjian, dan hal-hal penting yang berhubungan dengan perubahan tersebut.
Prosedur konfirmasi eksternal juga dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti audit tentang tidak adanya beberapa kondisi, misalnya, ketiadaan “perjanjian tambahan (side agreement)” yang mungkin mempengaruhi pengakuan pendapatan.
Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang terdiri dari pengecekan akurasi penghitungan matematis dalam dokumen atau catatan. Penghitungan ulang dapat dilakukan secara manual atau secara elektronik.
Pelaksanaan Kembali
Pelaksanakan kembali adalah pelaksanaan prosedur atau pengendalian secara independen oleh auditor yang semula merupakan bagian pengendalian intern entitas.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara satu informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya.
Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non keuangan, di dalam atau di luar entitas. Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk prosedur audit lainnya. Permintaan keterangan dapat berupa permintaan keterangan resmi secara tertulis maupun permintaan keterangan secara lisan. Pengevaluasian respons atas permintaan keterangan ini merupakan bagian terpadu proses permintaan keterangan.
Respons atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan bukti audit. Di sisi lain, respons dapat memberikan informasi yang secara signifikan berbeda dari informasi yang telah diperoleh auditor. Dalam beberapa hal, auditor dapat memertimbangkan perlunya untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk mengonfirmasi respons terhadap permintaan keterangan secara lisan.
Kualitas semua bukti audit dipengaruhi oleh relevansi dan keandalan basis informasi yang digunakan.
Relevansi
Relevansi berkaitan dengan hubungan logis dengan tujuan prosedur audit dan jika relevan, dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevansi informasi yang digunakan sebagai bukti audit mungkin dipengaruhi oleh arah pengujian. Sebagai contoh, jika tujuan prosedur audit adalah untuk menguji lebih saji (overstatement) keberadaan atau penilaian hutang usaha, pengujian hutang usaha yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan. Di lain pihak, ketika menguji kurang saji (understatement) keberadaan atau penilaian hutang usaha, pengujian hutang usaha yang tercatat tidak akan relevan, namun pengujian informasi seperti pembayaran setelah tanggal neraca, faktur yang belum dibayar, pernyataan dari pemasok, dan laporan penerimaan barang yang belum dicocokkan dengan order pembelian mungkin relevan.
Suatu set prosedur audit tertentu dapat memberikan bukti audit yang relevan untuk beberapa asersi, namun tidak untuk asersi yang lainnya. Sebagai contoh, inspeksi atas dokumen yang berhubungan dengan penerimaan kas dari piutang setelah akhir periode dapat memberikan bukti audit yang berkaitan dengan keberadaan dan penilaian, namun tidak untuk pisah batas. Demikian juga, pemerolehan bukti audit tentang suatu asersi tertentu, sebagai contoh, keberadaan persediaan, bukan merupakan pengganti dalam mendapatkan bukti audit berkaitan dengan asersi lainnya, misalnya asersi penilaian. Di lain pihak, bukti audit dari sumber yang berbeda atau bukti audit yang memiliki sifat yang berbeda mungkin dapat menjadi relevan pada asersi yang sama.
Pengujian pengendalian dirancang untuk mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi kesalahan penyajian material dalam tingkat asersi. Perancangan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang relevan mencakup pengidentifikasian kondisi (karakteristik atau atribut) yang menunjukkan pelaksanaan pengendalian dan kondisi penyimpangan dari pelaksanaan yang memadai. Keberadaan atau ketiadaan kondisi-kondisi tersebut dapat diuji lebih lanjut oleh auditor.
Prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Prosedur ini terdiri dari pengujian rinci dan prosedur analitis substantif. Perancangan prosedur substantif mencakup pengidentifikasian kondisi yang relevan dengan tujuan pengujian yang dapat mendeteksi kesalahan penyajian pada tingkat asersi yang relevan.
Keandalan
Keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit, dan oleh karena itu merupakan bukti audit itu sendiri, dipengaruhi oleh sumber bukti tersebut dan sifatnya serta kondisi saat bukti tersebut diperoleh, termasuk pengendalian dalam penyusunan dan pemeliharannya, jika relevan. Oleh karena itu, generalisasi mengenai keandalan berbagai macam bukti audit masih tergantung pada beberapa pengecualian penting. Bahkan ketika informasi yang digunakan sebagai bukti audit diperoleh dari sumber eksternal entitas, mungkin terdapat keadaan yang dapat memengaruhi keandalannya. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh dari sumber luar yang independen dapat menjadi tidak andal jika sumbernya tidak memiliki pengetahuan memadai, atau tidak adanya objektivitas pakar manajemen. Meskipun diakui adanya pengecualian, generalisasi berikut tentang keandalan bukti audit mungkin bermanfaat :
- Keandalan bukti audit meningkat bila bukti audit diperoleh dari sumber independen dari luar entitas.
- Keandalan bukti audit yang diperoleh dari sumber internal meningkat bila pengendalian yang berkaitan, termasuk pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya, dilaksanakan secara efektif oleh entitas.
- Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor (sebagai contoh, observasi atas penerapan suatu pengendalian) lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau dengan melalui penarikan kesimpulan dari beberapa informasi (sebagai contoh, permintaan keterangan tentang penerapan suatu pengendalian).
- Bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik, atau media lainnya, lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh secara lisan (sebagai contoh, catatan rapat lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan representasi lisan tentang hasil yang dibahas).
- Bukti audit yang diperoleh dari dokumen asli lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang diperoleh melalui fotokopi atau faksimili, atau dokumen yang telah difilmkan, diubah ke dalam bentuk digital, atau diubah ke dalam bentuk elektronik, yang keandalannya dapat bergantung pada pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya.
Untuk memperoleh bukti audit yang andal, informasi yang dihasilkan oleh entitas yang akan digunakan untuk melaksanakan prosedur audit harus cukup lengkap dan akurat. Sebagai contoh, efektivitas dalam melakukan audit atas pendapatan dengan menerapkan harga standar ke dalam catatan jumlah penjualan dipengaruhi oleh akurasi informasi harga serta kelengkapan dan akurasi data volume penjualan. Dengan cara yang sama, jika auditor bermaksud untuk menguji populasi (seperti pembayaran) untuk karakteristik tertentu (seperti otorisasi), hasil pengujian menjadi kurang dapat diandalkan jika populasi unsur yang akan dipilih untuk pengujian tidak lengkap.
Suatu pengujian yang efektif memberikan bukti audit yang memadai, yang diambil bersamaan dengan bukti audit lain yang telah atau akan diperoleh, sehingga cukup untuk tujuan auditor. Dalam memilih unsur yang akan diuji, auditor disyaratkan untuk menentukan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit; aspek lain efektivitas (kecukupan) merupakan suatu pertimbangan penting dalam memilih unsur yang diuji. Cara-cara yang tersedia bagi auditor untuk memilih unsur untuk pengujian adalah:
a. Memilih semua unsur (pemeriksaan 100%);
b. Memilih unsur tertentu; dan
c. Sampling audit.
Memilih Semua Unsur
Auditor dapat memutuskan bahwa memeriksa seluruh populasi unsur yang membentuk suatu golongan transaksi atau saldo akun (atau suatu strata dalam populasi tersebut) merupakan metode yang paling cocok. Pemeriksaan 100% biasanya tidak digunakan dalam pengujian pengendalian; namun umumnya digunakan untuk pengujian rinci. Pemeriksaan 100% tepat digunakan jika, sebagai contoh:
- Populasi terdiri dari sejumlah kecil unsur yang masing-masing memiliki nilai besar;
- Terdapat suatu risiko signifikan dan cara lain tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan layak; atau
- Sifat pengulangan suatu perhitungan atau proses lain yang dilakukan secara otomatis oleh suatu sistem informasi membuat pemeriksaan 100% menjadi efektif dari segi biaya.
Memilih Unsur Tertentu
Auditor dapat memutuskan untuk memilih unsur spesifik dalam suatu populasi. Faktor yang mungkin relevan dalam pengambilan keputusan ini mencakup pemahaman auditor atas entitas, risiko yang telah ditentukan atas kesalahan penyajian material, dan karakteristik populasi yang diuji. Pemilihan berdasarkan pertimbangan atas unsur spesifik ini tetap memiliki risiko non-sampling. Unsur spesifik pilihan dapat meliputi :
- Unsur-unsur kunci bernilai tinggi. Auditor dapat memutuskan untuk memilih unsur spesifik dalam populasi karena unsur tersebut memiliki nilai tinggi, atau karena unsur-unsur tersebut memperlihatkan beberapa karakterisik lain, misalnya, mencurigakan, tidak biasa, rawan risiko tertentu, atau memiliki jejak-rekam kesalahan.
- Semua unsur yang memiliki nilai di atas jumlah tertentu. Auditor dapat memutuskan untuk memeriksa unsur-unsur yang memiliki nilai tercatat melebihi suatu nilai tertentu sehingga dapat digunakan untuk memverifikasi proporsi total jumlah suatu golongan transaksi atau saldo akun.
- Unsur-unsur untuk memperoleh informasi. Auditor dapat memeriksa unsur-unsur untuk memperoleh informasi tentang hal-hal seperti sifat entitas atau sifat transaksi.
Sampling Audit
Sampling audit dirancang agar auditor mampu untuk menarik kesimpulan tentang suatu keseluruhan populasi berdasarkan atas pengujian suatu sampel.
Pemerolehan bukti audit dari sumber berbeda atau dengan sifat berbeda dapat mengindikasikan ketidakandalan suatu unsur bukti audit, misalnya ketika bukti audit diperoleh dari satu sumber inkonsisten dengan bukti yang diperoleh dari sumber lain. Hal ini dapat terjadi, sebagai contoh, bila terdapat inkonsistensi dari respons atas permintaan keterangan dari manajemen, auditor internal, dan pihak lainnya, atau bila respons atas permintaan keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola inkonsisten dengan respons dari manajemen. SPA 230 mencakup persyaratan dokumentasi spesifik jika auditor mengindentifikasi adanya informasi yang inkonsistensi dengan kesimpulan akhir auditor berkaitan dengan hal-hal signifikan.
loading...
Posting Komentar
Terima Kasih buat Komentar yang diberikan.