Kim sempat berpikir, mengapa Joy baru memberitahunya saat jam pulang kantor dan mengapa Joy harus menerima pekerjaan tambahan, padahal Joy sudah berjanji pada dirinya. Selama perjalanan ke gereja Kim dan Joy tidak bertegur sapa. Sesampainya di gereja, mereka duduk dan mendengarkan kotbah pendeta.
“Kiranya setiap anak-anak Tuhan bisa saling mengasihi dan mengampuni. Kuncinya hanya satu yaitu saling menerima dan tidak menyalahkan. Saya akan mengibaratkan sebuah penghapus yang tidak pernah menyalahkan pensil. Ketika pensil menulis di atas kertas dan apa yang ditulisnya salah, tentunya pensil membutuhkan penghapus. Berulang kali pensil melakukan kesalahan, berulang kali pula pensil membutuhkan penghapus. Namun, penghapus tak pernah menyalahkan pensil. Penghapus tahu bahwa tugasnya adalah untuk menghapus setiap kesalahan yang dilakukan pensil. Sama seperti kita manusia, kita diciptakan untuk saling mengasihi, meskipun berulang kali teman, sahabat dan keluarga kita melakukan kesalahan, tugas kita adalah untuk mengampuni dan saling mengingatkan dalam kasih”, kata pendeta kepada jemaat dalam kotbahnya.
Kim dan Joy yang saat itu mendengarkan kotbah langsung menoleh satu sama lain dan saling memaafkan. Mereka menyadari bahwa tidak boleh saling menyalahkan satu sama lain. Kisah pensil dan penghapus bisa menjadi inspirasi bagi Kim dan Joy. Bagaimana dengan Anda? Apakah kisah ini bisa menyentuh hati Anda? Mungkin saat ini Anda mengalami kondisi yang sama dengan Kim dan Joy. Anda bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan. Percayalah dengan saling mengasihi dan menerima satu sama lain, Anda bisa membangun hubungan yang baik dengan sesama. Semoga bermanfaat.
loading...
Posting Komentar
Terima Kasih buat Komentar yang diberikan.